Minggu, 03 Maret 2013

Karakter yang Berorientasi pada Tindakan

Apa sih karakter yang berorientasi pada tindakan itu?
Berorientasi pada tindakan berarti berpikir cepat dan bertindak terhadap suatu keadaan untuk menghasilkan solusi permasalahan yang baik dan efektif. Sikap ini terkadang dikaitkan dengan seberapa seseorang responsif terhadap keadaan, seberapa cepat untuk mengambil tindakan sebagai solusi terhadap masalah yang ada, dan seberapa jauh komitmen orang tersebut atas perkataannya.
Karakter seorang pribadi yang berorientasi pada tindakan adalah memiliki pemikiran yang lebih berorientasi pada tindakan (action) daripada sekadar bermimpi, berkata-kata, berpikir-pikir, atau berwacana. Seorang pribadi selalu menghadapi risiko, ketidakpastian, dan keterbatasan dalam setiap masalah yang dihadapi. Apabila seorang pribadi hanya berkata-kata dan tidak bertindak, segala kesempatan yang ada akan berubah menjadi kerugian semata.
Selain itu, seorang pribadi juga harus memiliki orientasi PDCA (Plan, Do, Check, and Action). Hal ini berarti, tidak hanya sekadar merencanakan berbagai strategi dan taktik, tetapi juga melaksanakannya. 
Seseorang yang berorientasi pada tindakan adalah orang yang memiliki tingkat efektivitas yang tinggi. Menurut Stephen Covey (2004) manusia yang efektif adalah manusia yang dilandasi oleh sikap-sikap adil (fairness), mengedepankan persamaan (equity), memiliki integritas (integrity), jujur (honesty), martabat dan keseimbangan, mau melayani, sabar, tekun, peduli, keteguhan hati dan senantiasa berpikir positif. Karakter seseorang itu dibentuk karena kebiasaan. Oleh karena itu, kebiasaan yang harus dikembangkan oleh seseorang adalah kebiasaan-kebiasaan yang bersifat produktif.
Sehebat apapun angan-angan untuk menciptakan perubahan, belum tentu dapat dijalankan jika tidak berorientasi pada tindakan dan tidak berani mengambil risiko. Begitu juga sebaliknya tindakan hebat, jika tidak dilandasi dengan strategi yang betul akan sia-sia. Strategi dan tindakan adalah dua hal yang penting dalam menciptakan perubahan. Strategi yang berorientasi pada tindakan adalah strategi yang kaya akan inovasi dan dilandasi oleh  suatu pemikiran atau mindset.

Lalu, gimana sih sikap dan tindakan bagi pribadi yang berorientasi pada tindakan?
Setiap orang memiliki perencanaan dalam hidupnya khususnya dalam berusaha. Rencana akan menjadi mimpi yang tidak akan terwujud tanpa adanya tindakan. Keberanian mengambil tindakan ada pada seseorang yang mantap dalam menentukan nilai hidupnya. Dalam menentukan perencanaan terhadap tindakan yang diambil berarti memerlukan cara pengambilan keputusan yang baik dan cepat. Hal ini tentunya akan mempengaruhi hasil akhir dari keputusan dan tindakan yang kita ambil.
Sikap dan tindakan bagi pribadi yang berorientasi pada tindakan merupakan hal yang penting. Pribadi yang berorientasi pada tindakan akan berpikir dan bertindak cepat terhadap suatu keadaan yang dianggap menghasilkan solusi terbaik dan efektif dalam suatu permasalahan. Menurut Stephen Covey, pribadi seseorang itu dibentuk karena kebiasaan. Oleh karena itu, kebiasaan yang harus dikembangkan oleh seseorang adalah kebiasaan-kebiasaan yang bersifat produktif. Berikut ini merupakan sikap dan tindakan pribadi yang berorientasi pada tindakan dalam melakukan suatu tindakan:
  1. Proaktif
Seseorang yang efektif mengambil inisiatif untuk bertindak, bukan menunggu atau berwacana. Orang yang efektif adalah orang yang proaktif. Bertindak proaktif merupakan pengambilan tindakan sebelum sebuah kejadian yang tidak dikehendaki muncul. Dengan kata lain, orang-orang proaktif selalu mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi dan cepat mengambil tindakan sebelum kejadian.
  1. Bermula dari Ujung Pemikiran (end of mind) atau Tujuan
Orang yang berorientasi pada tindakan tidak hanya mengejar pencapaian tujuan, akan tetapi juga berburu tujuan yang benar. Agar tujuan tercapai dengan baik maka perlu menyusun rencana tujuan yang jelas dan tepat.
  1. Mendahulukan Hal yang Utama
Intinya adalah seseorang harus fokus pada hal-hal yang urgent (mendesak) dengan membuat prioritas, dan menyadari bahwa tidak semua hal dikategorikan prioritas. Hal yang paling penting atau membutuhkan perhatian besar harus diutamakan.
  1. Berpikir dan bertindak Menang-Menang
Berpikir menang-menang, dalam hal ini individu berusaha memenangkan kehidupan dan membantu masing-masing individu untuk mencari solusi akhir yang sama-sama menguntungkan atau baik.
  1. Memahami untuk dipahami
Individu harus dapat memahami dan memiliki keterbukaan terhadap apa yang di utarakan orang lain. Dengan demikian akan terjadi komunikasi antar dua belah pihak dengan baik, dan tujuan yang ingin dicapai antara kedua belah pihak dapat berjalan dengan efektif.
  1. Sinergi
Dalam berwirausaha, seseorang harus mencari sinergi, yaitu suatu total yang lebih besar dari penjumlahan elemen-elemen tunggalnya. Misalnya, ada 2 pihak A dan B, dan masing-masing bekerja sendiri-sendiri, masing-masing hanya akan menghasilkan 5 buah, dan kalau dijumlahkan A+B=10. Dengan sinergi antara A dan B maka 5+5=10, inilah yang disebut sinergi.
  1. Menajamkan ketahanan, fleksibilitas, dan kekuatan
Kebiasaan ini berkaitan dengan upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk melatih ketahanan, fleksibilitas, dan kekuatannya. Upaya yang dapat dilakukan adalah memberi makanan pada jiwa melalui kegiatan-kegiatan spiritual, hidup yang seimbang, melakukan meditasi atau bisa juga dengan membaca buku-buku self hep yang membangkitkan semangat dengan kata-kata yang memotivasi.
  1. Menemukan keunikan pribadi dan membantu orang lain menemukannya
Menemukan keunikan berarti mengenal potensi yang dimiliki, yang tersebar pada empat elemen utama, yaitu pikiran (mind), tubuh, hati, dan jiwa. Jika pikiran terus dikembangkan dan visi yang hebat dapat dirumuskan, maka hal tersebut dapat memampukan seseorang untuk mengembangkan potensi terbesar seseorang, lembaga, atau perusahaan. Hal ini berlaku juga dalam kaitannya membantu orang lain menemukan keunikan pribadinya.

Nah, kemudian “risiko” itu apa sih?
Saat ini sudah banyak ahli yang mengemukakan pendapatnya atau opininya mengenai apa yang dimaksud dengan risiko. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini kami akan memberikan pengertian risiko menurut referensi- referensi yang telah kami pelajari.
  • Menurut Arthur Williams dan Richard, M. H
Risiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu.
  • Menurut A.Abas Salim
Risiko adalah ketidaktentuan (uncertainty) yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian (loss).
  • Menurut Soekarto
Risiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa.
  • Menurut Herman Darmawi
Risiko merupakan penyebaran/penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan.
  • Menurut Djohanputro
Risiko diartikan sebagai ketidakpastian yang telah diketahui tingkat probabilitas kejadiannya.
  • Menurut KBBI
Risiko adalah kemungkinan terjadinya peristiwa yang dapat merugikan perusahaan.
Bagi seorang wirausaha (dalam kewirausahaan), menghadapi risiko adalah tantangan karena mengambil risiko berkaitan dengan kreativitas dan inovasi serta merupakan bagian penting dalam mengubah ide menjadi kenyataan. Demikian pula pengambilan risiko bagi wirausaha berkaitan dengan kepercayaan pada dirinya. Semakin besar pula keyakinan pada kemampuan dirinya, semakin besar pada kesanggupan untuk menelurkan hasil dari keputusan yang diambil. Bagi orang yang bukan wirausaha (misalnya pegawai negeri) kegiatan tersebut merupakan risiko, tetapi bagi wirausaha adalah tantangan dan peluang untuk memperoleh hasil. Wirausaha berprinsip biar mundur satu langkah, tetapi nanti harus maju dua langkah.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa risiko adalah suatu kemungkinan yang terjadi berupa konsekuensi, akibat, atau bahaya yang tidak diinginkan atau tidak sesuai dengan harapan yang terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Risiko ini biasanya menjurus pada suatu hal yang merugikan bagi pelaku suatu kegiatan.

Terus gimana mengidentifikasi risiko potensial itu?
Identifikasi sebuah risiko merupakan sebuah proses memahami kejadian potensial yang mana dapat merugikan sebuah objek tertentu. Proses ini mengidentifikasi suatu risiko yang kemungkinan terjadi dalam suatu aktivitas. Sumber dari risiko potensial adalah semua faktor yang bisa menyebabkan risiko tersebut.
Menentukan risiko potensial harus dilakukan cepat, tetapi juga harus berlanjut untuk mengidentifikasi risiko berdasar perubahan lingkungan. Berikut ini merupakan teknik-teknik yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi risiko antara lain Brainstorming (menghasilkan ide mengenai topik tertentu), Survey atau observasi, Wawancara, Informasi historis, Kelompok kerja, dan Eksperimen. Berikut kami bahas mengenai survey dan eksperimen:
    1. Survey atau Observasi
      Pelajari keputusan yang akan diambil untuk suatu hal yang kita akan tentukan. Hal hal apa yang akan mempengaruhi pilihan kita.
    2. Eksperimen
Setelah kita mempelajari hendaknya kita mencoba dulu keputusan yang kita ambil dalam skala kecil. Bila hal-hal berpengaruh yang kita pelajari sebelumnya ditahap observasi berdampak terlalu besar maka kita hendaknya mengulang proses observasi sampai selesai terlebih dahulu agar nantinya sesuai dengan keputusan yang akan kita ambil.

Nah, jadi gimana cara untuk mengelola risiko?
Mengelola risiko atau disebut juga dengan manajemen risiko merupakan suatu proses indentifikasi, mengukur risiko, serta membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia. Tujuan dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat.
Adapun jenis-jenis strategi untuk mengelola risiko antara lain:     
  • Risk Transfer, merupakan sebuah tindakan dengan cara memindahkan risiko kepada pihak lain. 
  • Risk Avoidance, merupakan tindakan untuk menghindari atau tidak melakukan aktivitas yang mengandung risiko.   
  • Risk Retention, merupakan tindakan untuk menerima sebagian atau seluruh konsekuensi dari risiko tertentu.  
  • Risk Reduction, merupakan tindakan untuk mengurangi efek buruk dari sebuah risiko 
  • Risk Deferral, merupakan tindakan untuk menunda aspek suatu proyek hingga peluang terjadinya suatu risiko itu kecil.

Berikut merupakan cara untuk mengelola suatu risiko yaitu:
  1. Pahami bahwa risiko yang sedang dihadapi itu bukan hambatan untuk maju. Sebagai hukum alam, semakin tinggi hasil yang kita inginkan maka akan semakin tinggi pula risiko yang akan kita terima.
  2. Tidak perlu panik, secara perlahan kita identifikasi risiko dengan teliti. Dari kita mendeteksi risiko dari lingkungan sekitar hingga kepada risiko dari hubungan kita dengan pemasok, pelanggan, atau kompetitor.
  3. Menentukan seberapa sering risiko akan muncul.
  4. Menentukan seberapa besar potensi dampak yang terjadi dari sebuah risiko yang telah teridentifikasi.
  5. Fokus kepada risiko-risiko yang dominan supaya tidak membuang waktu.
  6. Gunakan pendekatan “manfaat-biaya”. Kita akumulasi biaya yang harus dikeluarkan untuk mengelola risiko yaitu manfaat yang kita terima haruslah lebih besar dari biaya yang kita keluarkan.


    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. (n.d.). Landasan Teori dan Kerangka Pemikiran. http://library.binus.ac.id/eColls/eThesis/Bab2/2011-1-00507-mn%202.pdf. Diakses tanggal 10 Februari 2013

    Anonim. (n.d.). Proses Manajemen Resiko. http://s2informatics.files.wordpress.com/2007/11/proses_manajemen_risiko.pdf. Diakses tanggal 10 Februari 2013.
     
    Team Dosen Kewirausahaan. 2010. “Modul Kewirausahaan”, Yayasan Rumah Perubahan, Indonesia.

    Anonim. (n.d). Berorientasi pada tindakan. http://ilerning.com/index.php?option=com_content&view=article&id=365:berorientasi-pada-tindakan-&catid=44:dasar-dasar-kewirausahaan&Itemid=69. Diakses pada tanggal 9 Februari 2013.

    Lina S, Santi.,  2011. Pengertian Resiko. http://ilerning.com/index.php?option=com_content&view=article&id=321:pengertian-resiko&catid=62:manajemen-risiko&Itemid=85. Diakses pada tanggal 9 Februari 2013.

2 komentar: